MEMANFAATKAN JEJARING SOSIAL SEBAGAI SARANA IBADAH



MEMANFAATKAN JEJARING SOSIAL  SEBAGAI SARANA IBADAH. Beberapa tahun belakangan ini kita lihat perkembangan jejaring sosial semakin pesat. Sejak dari munculnya Friendster, Flick R,You Tube, Myspace, Koprol bahkan sampai yang booming hari ini seperti Facebook, Twitter, WhatsApp, dan Instagram. Semakin hari pengguna jejaring sosial tersebut meningkat dahsyat.Indonesia sendiri termasuk salah satu negara terbesar pengguna account Facebook dan Twiter. Hal ini memang tidak lepas dari perusahaan elektronik yang sengaja memanjakan masyarakat dengan aneka gadget terkini dalam produknya. Selain itu, perusahaan telekomunikasi pun semakin bersaing dalam memberikan berbagai paket internet yang boombastis. Kondisi ini tentu menjadikan jejaring sosial makin diminati banyak orang.
Coba sejenak amatilah perilaku kebanyakan orang di sekitar kita. Rata-rata waktu luang mereka banyak disibukkan dengan jejaring social. Bukan hanya di kendaraan dan tempat-tempat umum saja; di kantor, di sekolah bahkan di dalam masjid pun banyak orang disibukkan dengan jejaring sosial.
Sungguh sangat disayangkan jika media potensial ini tidak dimanfaatkan menjadi sarana ibadah. Lantas pertanyaannya bagaimana agar jejaring sosial bisa kita manfaatkan menjadi sarana ibadah? Berikut ini beberapa poin penting yang bisa kita jadikan sebagai panduan agar jejaring sosial bisa menjadi sarana ibadah.
1. Manfaatkan jejaring sosial  sebagai sarana dakwah.
Hari ini peluang dakwah terbuka sangat lebar dan luas. Hampir-hampir tak ada alasan lagi bagi siapa saja untuk tidak ikut andil dalam berdakwah. Dengan jejaring sosial kita bisa share aneka materi ilmu, dakwah dan tarbiyah kepada semua teman-teman kita. Namun sayangnya kebanyakan pengguna jejaring social lebih suka status pribadinya di-update, dibaca dan dilihat banyak orang lain daripada menyebar kalimat-kalimat nasihat. Mereka lebih suka sibuk meng-upload foto daripada meng-upload artikel dakwah pembawa sarana hidayah.
Coba bayangkan betapa besarnya pahala yang akan diraih bagi para penabur kebaikan di jejaring sosialsaat digunakan untuk berdakwah. Jika dengan menyebar nasihat tersebut ternyata menjadi sarana hidayah bagi pembacanya, maka sungguh ia akan mendapatkanyang lebih baik dari unta merah. Sekali lagi sayangnya multi level pahala ini banyak disiasiakan para pengguna jejaring social.
2. Jadikan jejaring sosial sebagai ajang silaturahmi dengan saudara, famili dan rekan-rekan kita.
Tidak selamanya kita bisa bersama dengan keluarga, famili atau sahabat kita. Ada kalanya kita harus berpisah dengan mereka karena suatu hal. Meskipun telah berpisah bukan berarti segala ikatan telah putus dan selesai. Kita tetap punya kewajiban menjaga tali silaturahmi dengan mereka.
Jika zaman dahulu orang sangat susah berkomunikasi dengan rekannya saat berpisah. Namun saat ini kendala itu bisa diatasi. Ruang, jarak dan waktu seolah sangat tipis. Kita bisa berkomunikasi dengan keluarga, famili atau sahabat kita dimanapun dan kapanpun kita berada dengan via HP. Apalagi jika HP kita dilengkapi dengan gadget dan aplikasi jejaring sosial. Komunikasi dan silaturahmi terasa begitu mudah dan simple dengan jejaring sosial.
Ada satu hal penting saat menjalin silaturahmi di jejaring sosial. Hendaknya silaturahmi tersebut bukan sekedar asal tegur sapa atau basa-basi saja. Namun bagaimana silaturahmi bisa menjadi sarana nasihat menasihati dalam kebaikan dan ketakwaan. Insya Alloh  dengan demikian kita akan meraih pahala saat beraktivitas di dunia maya.
3. Gunakan jejaring social untuk ber-amar ma’rufdan nahi  anil munkar
Amar ma’ruf dan nahi anil munkar seolah menjadi sesuatu yang langka kita dapati di dunia maya. Jika ada orang yang gemar ber-amar ma’ruf seringkali banyak komentator yang berceloteh “ ah sok sholih, sok alim dll. Sebaliknya jika ada yang gemar nahi anil munkar seringkali diserang dengan komentar,  anarkis, arogan dan teroris. Seharusnya kita blow uplike dan kita dukung saudara-saudara kita yang gemar amar ma’ruf dan nahi anil munkar. Bukan malah kita menggembosi semangat mereka. Atau justru menjadi pecundang bagi mereka. Bila perlu kita sendirilah yang harus gemar amar ma’ruf dan nahi anil munkar saat di jejaring sosial.
4. Jadikan jejaring sosial untuk berta’awun alal birri wa takwa.
Tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan menjadi mudah dengan sarana jejaring sosial.  Kita bisa fundraising masal untuk donasi anak yatim, korban bencana alam, atau bahkan untuk saudara-saudara kita yang sedang terbaring di rumah sakit dan tidak mampu membayar biayanya. Hal ini merupakan ladang pahala yang melimpah bagi para pelakunya.
Mudah-mudahan beberapa hal tersebut bisa menginspirasi kita saat beraktivitas di jejaring sosial.
5. Jangan Menjadi “Setan Bisu” dan “Setan Bicara”
Banyak sekali yang menjadi “Syaithon an Akhros” dan “Syaithon an Nathiq” saat di dunia maya. Syaithon an Akhros adalah setan bisu. Mereka adalah orang yang bisu dengan kemungkaran yang ia lihat dan saksikan. Betapa banyak kita lihat orang yang menjadi setan bisu di dunia maya. Melihat temannya menyebar foto-foto tak senonoh, pemahaman sesat, perkataan ghibah ia diam tak bicara. Bahkan tak mau menghapus pertemanannya padahal sangat mudah. Jadilah akun dia kepanjangan dari kesesatan yang ia sebarkan. Sebaliknya Syaithon nathiq atau setan bicara adalah  mereka yang lantang dalam menyebarkan kemungkaran. Mereka berkeliaran di jejaring social siang dan malam. Ia tidak hanya rajin meng-update kemasksiatan namun juga ikut nimbrung berkomentar yang ngawur tanpa ilmu. Kalau tidak komentar ia juga rajin menjadi liker/jempoler bagi penyebar kemaksiatan.
Saudaraku yang dirahmati Alloh  … Sudahkah aktivitas kita di jejaring sosial dipenuhi dengan ibadah? Atau bahkan selama ini kita malah menjadi setan bisu dan setan bicara di dunia maya? Untuk jawabannya silahkan Anda tanyakan sendiri pada diri Anda. Wallahu a’lam bishowab.
by. Hawari, M.E.I

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Malu Menjadi Mahasiswa Beastudi Full S1 di STT Nurul Fikri

My Story about openSUSE.Asia Summit 2017 from Tokyo, Japan.

Peraturan Grup WhatsApp Info Akademik