Perkembangan Islam dengan IT


Islam dan Perkembangan IPTEK

I. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang sangat memerhatikan segala aspek kehidupan. Segalanya telah diatur sesuai dengan perintah dari Allah SWT. Cakupan aspek yang diatur itu dimulai dari bangun tidur sampai kita tidur lagi. Itu diatur agar kita bisa menjalani kehidupan dengan teratur, baik, dan bermanfaat.
Aspek yang cukup diperhatikan dalam Islam adalah pengetahuan atau ilmu yang bermanfaat. Menuntut ilmu itu hukumnya wajib, seperti yang telah diterangkan dalam hadits: Rasulullah saw bersabda: "Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah)." (HR. Ibnu Majah).
Ilmu juga berkaitan dengan perkembangan teknologi. Sampai sekarang, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah berkembang pesat. Kemajuan IPTEK itu sendiri didominasi kuat oleh peradaban orang Barat. Sedangkan negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam sebagian besar merupakan negara berkembang. Sebagai umat yang mewarisi ajaran ketuhanan dan pernah mengalami kejayaan di bidang IPTEK pada zaman dahulu, ini merupakan suati kenyataan yang cukup memprihatinkan.
Di samping adanya manfaat dari perkembangan IPTEK itu sendiri, IPTEK ternyata juga memberikan dampak buruk kepada para penggunanya, seperti pengaksesan situs porno di internet, perjudian, dan kecurangan. Di sinilah peran agama Islam untuk meluruskannya. Tulisan ini bertujuan menjelaskan peran Islam itu sendiri terhadap perkembangan IPTEK.







II. Pembahasan
  1. Paradigma Terhadap IPTEK
IPTEK adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara detail, ilmu pengetahuan adalah pengetahuan gejala alam yang diperoleh melalui metode ilmiah. Sedangkan teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan itu sendiri.
Dalam menyikapi hubungan IPTEK dengan agama, ada golongan yang menganggap bahwa IPTEK dengan agama adalah dua hal yang terpisah dan tidak bisa menyatu. Anggapan ini disebut paradigma sekuleris. Bahkan ada yang menganggap bahwa agama itu sebenarnya tidak ada. Hubungan IPTEK dengan agama lepas total. Anggapan ini disebut paradigma sosialis.
Selain paradigma di atas, ada juga paradigma Islam. Dalam paradigma tersebut, adanya pemahaman bahwa perkembangan IPTEK berkaitan dengan ajaran-ajaran agama Islam. Agama Islam diyakini sebaga dasar dari ilmu pengetahuan dan teknologi.
Paradigma Islam inilah yang mencetak para cendikiawan yang unggul dalam bidang IPTEK dan soleh sehingga menciptakan kejayaan Islam pada tahun 700 M -1400 M. Pada masa-masa itu, muncul tokoh-tokoh yang sangat terkenal dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti Ibnu Sina di bidang kedokteran, Al Khawarzmi di bidang matematika, Jabir bin Hayyan di bidang Kimia, Al-Battani di bidang astronomi, dan banyak tokoh lainnya.


  1. Peran Islam Terhadap IPTEK
Aqidah Islam harus dijadikan dasar dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dan ini merupakan peranan Islam yang harus diterapkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini termasuk dalam paradigma Islam sebagaimana yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Paradigma Islam harus menjadi pemikiran umat Islam bukan paradigma sekuler. Diakui atau tidak, kebanyakan dari umat Islam itu sendiri menganut paradigma sekuler. Mereka mulai memisahkan ilmu pengetahuan dengan agama padahal pengetahuan itu sendiri datangnya dari agama dan agama menjelaskan pengetahuan itu dengan lengkap dan jelas.
Dalam menyikapi perkembangan IPTEK, bukan berarti kita sepenuhnya konsep-konsep IPTEK itu bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Al-Qur’an dan Hadits harus dijadikan sebagai tolak ukur benar atau salahnya ilmu pengetahuan dan konsep teknologi itu dan konsep-konsep IPTEK tersebut tidak boleh lepas dan keluar dari inti kandungan Al-Qur’an dan Hadits. Jika kita menjadikan aqidah Islam sebagai landasan IPTEK, bukan berarti bahwa ilmu-ilmu pengetahuan alam seperti ilmu astronomi, geologi, agronomi, dan seterusnya, harus didasarkan pada ayat ertentu, atau hadits tertentu. Kalau pun ada ayat atau hadis yang cocok dengan fakta sains, itu adalah bukti keluasan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu (lihat Q.S. An-Nisaa` [4]:126 dan Q.S. Ath- Thalaq [65]: 12). Seperti dalam ilmu astronomi, kita menemukan ayat berikut: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”(Q.S. Al-Anbiyaa [21]:30). Ayat tersebut menjelaskan tentang proses penciptaan bumi dan ini berhubungan dengan teori Big Bang yang telah dikemukakan ilmuwan Barat. Ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan alam tidak bisa dipisahkan dan Al-Qur’an merupakan tolak ukur kebenaran dari suatu teori ilmu pengetahuan alam.
Intinya, Al-Qur’an dan Hadits menjadi standar ilmu pengetahuan dan teknologi dan bukan menjadi sumber IPTEK. Ini berarti bahwa apapun konsep IPTEK yang dikembangkan harus sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits dan tidak boleh bertentangan dengan keduanya. Jika konsep IPTEK itu terbukti bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits, konsep IPTEK tersebut harus ditolak dan tidak boleh dikembangkan lebih lanjut. Misalnya, teori Darwin yang menyatakan bahwa manusia berasal dari evolusi organisme yang lebih rendah dari manusia. Teori ini bertentangan dengan isi Al-Qur’an dan Hadits yang menerangkan bahwa manusia pertama di dunia adalah Nabi Adam a.s. bukan organisme yang lebih rendah dari manusia. Teori Darwin ini wajib ditolak dan dilarang untuk dipercayai.
Dengan menjadikan Al-Qur’an dan Hadits sebagai tolak ukur dari konsep IPTEK, umat Islam seharusnya tahu membedakan teknologi yang halal dan haram karena tidak semua teknologi di dunia ini diperbolehkan atau halal untuk digunakan.
Pandangan bahwa semua teknologi itu boleh atau halal untuk digunakan asalkan bisa digunakan dan bisa memenuhi kebutuhan atau keperluan manusia merupakan pandangan yang salah. Tidak semua teknologi yang mampu memenuhi keperluan manusia bermanfaat bagi manusia yang lainnya. Misalnya, penggunaan bom atom untuk menghancurkan banyak orang dan lingkungan dengan cara yang tidak baik. Ada juga teknologi yang memungkinkan manusia berkembang biak dengan cara aseksual seperti bayi tabung, padahal manusia pada hakikatnya berkembang biak dengan cara seksual.
Pemanfaatan konsep IPTEK akan menjadi lebih berkah dan bermanfaat dengan didasari dengan keimanan dan ketakwaan. Dengan adanya keimanan dan ketakwaan dalam pemanfaatan konsep IPTEK, manusia menjadi semakin yakin bahwa Allah SWT. mempunyai ilmu yang Maha Luas, dan semakin berusaha untuk menciptakan teknologi yang bermanfaat dan berguna bagi manusia yang lain.
  1. Islam dan Perkembangan TIK
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sampai saat ini menunjukkan angka yang bisa dibilang menakjubkan. Manusia menjadi lebih mudah berinteraksi dan berkomunikasi.
Namun, ada beberapa dampak negatif yang diperoleh dari perkembangan TIK ini jika manusia tidak berlaku wajar. Misalnya, manusia lebih memilih untuk teleponan atau sms, atau skype-an (semacam aplikasi video call) daripada bersilaturrahmi secara langsung. Penggunaan jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter juga cukup merajalela. Dari jejaring sosial ini, bermunculan penyimpangan-penyimpangan dan hal-hal yang berbau SARA. Semakin banyak akun-akun yang menjelek-jelekkan suatu agama atas nama agama.
Dalam menyikapi hal tersebut, umat Islam seharusnya tidak terlalu ikut terlibat dengan memaki atau menghina akun-akun yang seperti itu di jejaring sosial karena sebenarnya tujuan pembuat akun hina itu adalah untuk membuat para pembacanya panas dan makin menjelekkan suatu agama lain.
Di samping banyaknya bermunculan akun yang berbau SARA itu, ternyata ada banyak juga akun yang berhubungan dengan dakwah. Ini menunjukkan bahwa banyak umat Islam yang mampu memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi untuk berdakwah sehingga masyarakat yang masih mempunyai ilmu agama yang sedikit dan sering online di dunia maya bisa melihat isi dakwah itu.


III. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran Islam dalam perkembangan IPTEK adalah menjadikan paradigma Islam sebagai pandangan utama dan menjadikan syariah Islam sebagai dasar dalam penerapan dan pemanfaatan konsep IPTEK.
Perkembangan IPTEK itu harus diikuti dengan keimanan dan ketakwaan agar tidak menjadikan IPTEK itu sebagai tuan bagi manusia itu sendiri padahal IPTEK merupakan hasil dari keterampilan manusia dengan dilandasi Al-Qur’an dan Hadits.

















Daftar Pustaka
  • Iman, Muhammad Sohibul. 1996. Perlunya Islamisasi Sains. Jakarta: ISTECS
  • Yahya, Harun. 2011. Keajaiban Al-Qur’an. Jakarta: Mizan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My Story about openSUSE.Asia Summit 2017 from Tokyo, Japan.

Aku Malu Menjadi Mahasiswa Beastudi Full S1 di STT Nurul Fikri

Makalah “Strategi Dalam Marketing Model 3.0”