Being a New Mom is Hard. But, I'm So Grateful~

 


Ya, menjadi seorang "Ibu Baru" memang cukup sulit dijalani, tapi sangat nikmat untuk disyukuri.

Sejak melahirkan, hingga sekarang. Mengurus buah hati "Full Time" berdua dengan suami cukup membuat syok. Why? karena kita dituntut untuk bisa memahami sesosok manusia mungil, yang belum bisa mengekspresikan apapun dari apa yang ia rasakan. Sungguh, kita sangat dituntut seperti menjadi seorang paranormal, yang harus tahu, kenapa si bayi ini menangis.

Setiap apapun yang ia rasakan, cukup dia ekspersikan melalui tangisan. Entah itu perasaan lapar, tidak nyaman, dingin, bahkan sedih sekalipun. Setiap kali dia menangis, kita berdua dibuatnya bingung, ini bayi kenapa lagi? Padahal baru diganti popoknya, tadi udah menyusu ko, dan ritual lainnya yang kita cek dan coba ingat-ingat setiap dia menangis. 

Bentuk tubuh berubah, pola tidur berubah, dan bahkan prioritas-pun ikut berubah. 
Oh, secinta ini kah kami pada si bayi? sehingga kami rela mengorbankan segalanya ketika dia hadir.

Tak habis pikir memang, ko bisa ya, ada pendatang baru yang berani menjajah segala-galanya dari diri kita.

Sempat berfikir, ya Allah seberat ini kah menjadi seorang Ibu? 
Alhamdulillah, Allah sudah jawab semua gundah di hati ini. 

Bersyukur punya suami siap siaga, dan menjadi garda terdepan dalam mendukung dan membantu di saat istrinya penuh dengan peluh dan lesu. 

Pak suami rela cuci baju aku dan bocil setiap hari, ketika baru lahiran. Ada sekitar satu sampai dua bulan seperti itu, karena dia tahu, kondisinya aku baru lahiran sesar, sehingga belum mampu untuk angkat dan kerja terlalu berat. Bukan cuma itu, cuci piring, bebersih rumah dan yang lainnya, dibantuin juga. MasyaAllah. Sebenarnya kebiasaan ini udah dia kerjakan sejak menikah, cuma intensitasnya ketika punya anak jadi lebih sering saja, ditambah aku yang memang belum bisa mengerjakan rutinitas pekerjaan rumah tangga.

Alhamdulillah, sampai hari ini ada saja pertolongan-Nya, untuk hamba yang selalu bergantung. Tiada tempat untuk berkeluh kesah selain pada-Nya.
Bersyukur banget, Allah permudah aku dan suami untuk mengurus bayi yang kini hampir menginjak usia delapan bulan. 

Nak,
Hadirmu, sebagai pengingat akan nikmat yang tiada habisnya.
Senyummu, sebagai bukti bahwa sesuatu selalu membawa arti.
Tangismu, sebagai penjelasan bahwa ada rasa yang perlu diekspersikan.

Terima kasih, Semesta-ku.
Karena hadirmu, aku semakin terus bertumbuh. 


-Umul Sidikoh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My Story about openSUSE.Asia Summit 2017 from Tokyo, Japan.

Aku Malu Menjadi Mahasiswa Beastudi Full S1 di STT Nurul Fikri

Makalah “Strategi Dalam Marketing Model 3.0”